สวัสดีค่ะ!

In the dark of night,
you will find the twinkling stars and the shining moon.

So, which one will you choose?




EPISode 1: The Lonely Night

Profile

XXX
NameMiya Pimchannee Thanapatpisal
Hoshizora Miya
NicknameMiya, Miya-chan, Ya-chan
Birth placeBangkok, Thailand
Birth dateJuly, 21st 2005
GenderFemale
Height155 cm
Weight48 kg
SexualityHeterosexual
NationalityThai
OccupationStudent in Kintsugi Elite Boarding School
Class1st Grade Kaishuu (Military)
Minor ClassArt Music
Face-claim Prim Chanikarn Tangabodi

Episode 2: Blessing

Personality

⠀⠀⠀⠀Dahulu Miya merupakan sosok gadis kecil yang manis, berhati lembut, dan ceria. Aktif bermain dan berteman dengan siapapun, pun pribadi yang ramah. Namun, seiring waktu perubahan dalam diri mulai tampak. Tepatnya ketika beranjak remaja, di mana ia mulai memahami bagaimana rupa keluarga Thanapatpisal sesungguhnya. Miya tumbuh menjadi pribadi yang dingin dan dikenal angkuh karena ia telah menutup dirinya sendiri. Miya tak pandai mengekspresikan perasaan sehingga kesan yang ditampilkan berbanding terbalik dengan keinginannya, tetapi ia begitu mudah mengucapkan kata-kata, berterus terang akan sesuatu dan tak jarang kata yang keluar menyinggung orang lain atau pun menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini pula membuat Miya tidak peka. Ia tidak bisa memahami tindak-tanduk atau reaksi orang lain bila mereka tak mengungkapkan secara langsung kepadanya. Katakanlah Miya egois sebab ia akan mendahulukan kebahagiaannya karena pernah direnggut oleh sang ayah. Tak memungkiri jika dirinya sedikit menanam rasa iri kepada sang kaka kembar yang mendapat perhatian lebih karena dipilih sebagai calon utama pendamping putra mahkota.


Trivia

  • Berbanding terbalik dengan sang kakak kembar, Miya dilahirkan dengan ketahanan tubuh dan fisik yang kuat sehingga ia tidak mudah sakit.

  • Miya lebih menyenangi kegiatan merangkai bunga ketimbang menjahit pakaian karena pernah tertusuk jarum.

  • Memiliki ketakutan terhadap ketinggian dan tempat sempit. Saat kecil Miya pernah terjatuh dari tangga karena bermain kejar-kejaran dengan sang sepupu. Ia juga pernah iseng bersembunyi di dalam lemari yang tersimpan di gudang rumah keluarga Thanapatpisal dan orang-orang tak dapat menemukannya hingga larut malam sampai seorang petugas kebun tak sengaja mendengar suara tangisannya.

  • Memiliki alergi terhadap makanan laut sehingga tidak pernah mencicipi sushi atau masakan berbahan laut lainnya.

  • Sangat menyenangi kegiatan bersepeda. Baginya, ketika ia mengayuh pedal dengan kuat dan sepeda melaju kencang, Miya merasa seperti sedang terbang dengan bebas.

  • Memiliki kebiasaan memainkan jemari tatkala sedang gugup atau gelisah.

  • Menghindari makanan manis karena giginya pernah berlubang akibat terlalu sering memakan manisan.

EPISODE 3: new beginning

Tap, tap!

EPISODE 4: The Brightest sky
(Moon's perspective)

Background Story

⠀⠀⠀⠀Duduk dan dengar. Hendak kusampaikan kisah langit di malam benderang. Kala setitik cahaya menyala di antara kegelapan itulah waktu bagi sang bintang dan sang bulan menjejak semesta.



⠀⠀⠀⠀Purnama menampakkan dirinya pada bulan kedelapan penanggalan lunar. Orang-orang berkumpul dan berdoa di kuil 'tuk merayakan atas penyampaian khotbah pertama sang Buddha Gautama di taman rusa Isipatana di Benares dan peristiwa tersebut dijadikan penanda bahwa sangha telah didirikan di dunia.



⠀⠀⠀⠀Di malam penuh berkah pula dua insan dilahirkan. Sepasang bayi perempuan kembar menangis 'tuk pertama kali saat mereka diputuskan memulai kehidupan. Ialah Miya Pimchannee Thanapatpisal dengan Miwa Preechaya Thanapatpisal, sebagai kakak.



⠀⠀⠀⠀Bayi kembar yang disambut suka cita, dan menjadi kebanggan dalam keluarga Thanapatpisal sebab hadir di hari istimewa. Seakan anugerah Sang Buddha turut menyertai kehadiran keduanya. Namun, tak menjamin bila jalan yang ditempuh akan seindah cerita negeri dongeng.



⠀⠀⠀⠀Duduk dan dengar. Hendak kusampaikan kisah langit di malam kelam. Kala sinar bintang dan rembulan meredup, lenyap, dan hilang. Langit menghitam, padam, dan gelap.



⠀⠀⠀⠀Thanapatpisal merupakan keluarga yang menjunjung tinggi patriarki di mana kaum laki-laki sangat ditinggikan derajatnya sementara perempuan hanya diperkenankan melakukan pekerjaan rumah. Konsekuensi itulah yang ditanggung Hoshizora Kiyoko saat ia berjanji 'tuk mendampingi Victor Chatchawit Thanapatpisal seumur hidupnya, tak menyadari bila keputusan tersebut membuatnya menyesal di kemudian hari. Walau nyatanya, cinta Kiyoko kepada Victor begitu besar.



⠀⠀⠀⠀Semua berawal dari ketertarikan si kembar terhadap anggar, olahraga bela diri yang menggunakan pedang sebagai senjatanya. Hal ini diyakini menurun dari Kiyoko yang dahulu menekuni bidang tersebut. Namun, Victor menentang keras sebab kegemaran memainkan pedang bagi perempuan tak sesuai dengan ideologi sang kepala keluarga. Sosok perempuan di mata Victor ialah pribadi anggun, indah, dan diam. Bergelut dengan boneka, bunga, dan busana. Bukan bermain pedang, berlari, apa lagi berteriak.



⠀⠀⠀⠀Sampai suatu saat amarah memuncak. Miwa menjadi korban, pun Kiyoko tak lepas dari amukan. Sementara Miya hanya mampu bersembunyi sambil menahan tangis. Hari-hari yang hangat perlahan menjauh dari genggaman. Lambat laun, ia menyadari bila keharmonisan keluarga sebatas topeng belaka. Kebebasan yang semestinya dapat dimiliki direnggut paksa oleh sang ayah. Pada akhirnya, nona tumbuh menjadi sosok yang bertolak belakang dengan dirinya ketika pada masa kanak-kanak, di mana perhatian dan kasih sayang masih didapatkan. Dahulu begitu hangat, kini begitu dingin. Hati sang nona membeku.



⠀⠀⠀⠀Lebih-lebih, banyak orang di sekeliling Miya memiliki maksud tertentu. Tidak tulus, tidak jujur, dan tidak bisa dipercaya sehingga ia larut dalam kebencian dan kemurkaan. Nona pun dikucilkan di sekolah. Teman-teman menjauh karena selama ini hanya memanfaatkan dirinya yang berasal dari kalangan atas. Saat mereka tak lagi mendapatkan yang diinginkan, Miya ditinggalkan. Sisa masa di sekolah dasar hingga akhir menengah pertama dihabiskan dengan memeluk sepi, berteman dengan sunyi.



⠀⠀⠀⠀Tak hanya itu, hubungan Miya dan Miwa merenggang. Seolah ada jarak yang memisahkan, padahal mereka berada di dalam sangkar yang sama. Beruntung Kiyoko senantiasa menemani di sisi. Satu alasan mengapa nona bertahan meski nurani kian memberontak.



⠀⠀⠀⠀Duduk dan dengar. Hendak kusampaikan kisah langit di malam panjang. Kala setiap individu berlomba menggapai puncak, jalan terjal akan didaki. Bahkan bila harus terjun ke dasar jurang sekali pun.



⠀⠀⠀⠀Ambisi yang besar bersarang dalam jiwa Victor sebagai putra seorang bangsawan. Ayahnya diduga memunyai hubungan kekerabatan dengan istana kerajaan, terutama Paduka Yang Mulia Raja Maha Vajiralongkorn atau yang dikenal Raja Rama X. Berkat nama yang disemat dan kerja kerasnya, ia berhasil menduduki kursi parlemen. Namun, semua itu tak cukup untuk membuktikan bahwa dirinya lebih dari siapa pun.



⠀⠀⠀⠀Dengan berpikir terus melangkah maju, Victor bermaksud menaiki tingkatan piramida paling atas. Ia pun mengajukan sang putri kembar sebagai calon pendamping putra mahkota, Thipangkhon Rasmijoti, dan bersaing dengan keluarga terhormat lainnya. Segala cara dihalalkan Victor meski harus berlaku kotor. Dimulai memberi suap sesama pejabat pemerintahan, menyebar fitnah, sampai merencanakan pembunuhan terhadap calon putri mahkota dari keluarga pesaing tanpa memikirkan bila tindakan yang ia lakukan menempatkan sang buah hati dalam bahaya.



⠀⠀⠀⠀Lantas, ketika Victor menyadarinya, ia lekas memutuskan 'tuk mengirim Miwa dan Miya ke tempat yang jauh dari tanah kekahiran. Sekolah elit berstandar internasional di Jepang, Kintsugi Elite Boarding School, adalah tujuan yang dipilih Victor sebagai tempat persembunyian, seperti yang disarankan oleh Kiyoko demi keselamatan putri-putri Thanapatpisal. Pula, kesempatan ini dipergunakan Kiyoko agar si kembar terlepas dari kungkungan. Walau tak memungkiri masih ada campur tangan Victor di dalamnya.



⠀⠀⠀⠀Namun, paling tidak, mereka bisa terbang bebas 'tuk sementara. Paling tidak, mereka bisa meraih kebahagiaan yang hilang. Paling tidak, mereka bisa menggapai asa kembali. Kintsugi merupakan harapan terakhir Kiyoko bagi kedua putri yang amat ia sayangi.



⠀⠀⠀⠀Maka, duduk dan dengar. Hendak kusampaikan kisah langit menemukan sinarnya. Kala setitik cahaya menyala di antara kegelapan itulah awal dari perjalanan sang bintang dan sang bulan mengarungi semesta.




Episode 1: stranger

Profile

XXX
Birth NameMiwa Preechaya Thanapatpisal
Hoshizora Miwa
NicknameMiwa, Miwa-chan, Wa-chan
Birth placeBangkok, Thailand
Birth dateJuly 21st
GenderFemale
Height163cm
Weight40,2kg
SexualityHeterosexual
NationalityThai
OccupationStudent in Kintsugi Elite Boarding School
Class2nd Grade of Shoutoku (Politics)
Minor ClassFashion Design
Face-claimEVERGLOW's Wang Yiren

episode 2: like a beautiful flame

Personality

⠀⠀⠀⠀Miwa merupakan gadis yang imut, tapi dibalik itu sebenarnya dia punya pemikiran dewasa dan piawai dalam menjaga adik kembarnya, Miya. Tuturan kata yang keluar dari balik bibirnya kelewat lembut, dengan ekspresi manisnya mampu melelehkan hati setiap orang. Meski begitu, sebagian besar teman perempuannya tidak menyukainya saat berinteraksi dengan lelaki. Menurut mereka, Miwa bertingkah demikian agar diberikan perhatian oleh laki-laki. Padahal, Miwa melakukan itu karena dia malu dan canggung saat berinteraksi dengan lawan jenis.



⠀⠀⠀⠀Miwa sebetulnya adalah orang yang supel dan mudah bergaul terhadap perempuan, tapi hal ini berlaku apabila orang tersebut mendekatinya terlebih dahulu. Untuk bergaul dengan laki-laki, Miwa membutuhkan waktu lebih lama. Akan tetapi, seiring waktu berjalan, Miwa mulai terbiasa membuka pembicaraan terlebih dahulu. Miwa memiliki pemikiran polos dan lugu, sehingga mudah dibodoh-bodohi dan ditipu. Ia juga pemaaf.



⠀⠀⠀⠀Sebenarnya, ia memiliki banyak kalimat untuk diucapkan. Hanya saja, Miwa tak memiliki kesempatan. Sosok pengalah, Miwa akan mementingkan orang lain daripada dirinya. Itulah yang menyebabkan Miwa selalu menuruti perkataan orang tuanya, juga membiarkan orang lain mendominasi apabila sudah berbicara. Tak pernah sekali pun Miwa menyela ucapan, pun membantah. Mendengar opini orang pun, Miwa umumnya mengiyakan saja dan memendam opininya sendiri. Sayang, tidak ada yang pernah mengetahui hal ini selain dirinya sendiri.



⠀⠀⠀⠀Memiliki jiwa yang bebas. Ia tidak takut kotor, pun ketinggian. Hanya kedalaman air yang ia hindari. Miwa dapat berteriak sesuka hati dan memanjat pagar apabila diperlukan. Namun jiwa tersebut harus ditanam dalam-dalam, lantaran ayahnya tak menyukai sifat Miwa yang demikian. Bagi sang ayah, Miwa seharusnya bermain rumah-rumahan, boneka, dan segala hal yang berhubungan dengan perempuan anggun.

Trivia

  • Pandai memasak, terutama masakan khas Thailand. Ayahnya mentitah agar Miwa bisa memasak sendiri agar tak perlu khawatir diracuni esok hari.

  • 4D personality, sering mengajak benda-benda mati berbicara, juga hewan dan tumbuhan. (Ia sering tidak sadar apabila sedang melakukan ini).

  • Phobia air dengan kedalaman 1,25m atau lebih, hal ini yang membuat Miwa tidak berminat untuk berenang.

  • Terobsesi pada barang-barang bernuansa bunga. Lebih tepatnya, pura-pura terobsesi agar dipandang anggun oleh ayah dan orang sekitar.

  • Camilan kesukaannya adalah puding karamel.

  • Memakai kata ‘saya’ hanya saat pertemuan formal. Di luar itu, Miwa akan menggunakan ‘aku’ atau menyebut namanya sendiri.

  • Tak berbeda jauh dengan anak muda Thailand pada umumnya, Miwa juga menyukai budaya dan bahasa Korea.

  • Tidak bisa meminum kopi dan soda karena penyakit maag yang ia derita.

  • Suka menulis kaligrafi atau lettering, terutama menggunakan brush pen.

  • Olahraga kesukaannya adalah melakukan plank, meski memiliki fisik yang lemah semenjak lahir.

  • Diam-diam suka merasa sakit hati apabila ada orang yang menyinggung berat badannya (psst, berat Miwa hanya 40,2kg!).

  • Jika disuruh memilih Thailand atau Jepang, Miwa akan memilih keduanya.

  • Mengoleksi stiker dan stempel untuk menghiasi catatan pelajaran.

  • Secara akademik, Miwa dapat dibilang biasa-biasa saja. Tidak begitu menonjol, tapi tidak buruk pula. Ketekunannya dalam belajarlah yang membantunya dalam belajar.

Episode 3: Becoming The Wind

Tap, tap!

Episode 4: A starry sky
(Star's Perspective)

Background Story

⠀⠀⠀⠀“And then, they lived happily ever after.”



⠀⠀⠀⠀Seorang rabi dan penulis buku laris, Joshua L. Liebman, pernah mengatakan, kalimat di atas merupakan contoh kalimat paling menyedihkan dalam dunia literatur. Lantaran susunan kata tersebut, insan-insan menjadi menaruh harapan tinggi pada kehidupannya, terobsesi dengan kalimat “happy ending” yang kelak mereka raih esok hari.



⠀⠀⠀⠀Katakanlah aku bodoh, sempat mempercayai kata 'happy ending' di setiap aku mengalami kesulitan. Perlu ratusan rentetan kejadian yang membuatku sadar bahwa 'happy ending' di dunia ini tidaklah ada. Happy ending hanyalah harapan semu, jua takkan pernah berpihak padaku.



⠀⠀⠀⠀Sewaktu bulan purnama di bulan ke-8 penanggalan lunar, cahaya bulan seolah memberkati kami, keluarga Thanapatpisal atas kelahiran sepasang putri kembar. Dilahirkan pada salah satu perayaan besar umat Buddha, Asalha Puja (atau dikenal dengan Hari Dhamna), merupakan kebanggaan besar bagi keluarga kami. Ribuan tahun lalu, Sang Buddha menyampaikan khutbah pertama yang sering disebut sebagai "menggerakkan roda dhamma," adalah ajaran yang dikemas bagi umat Buddha dalam empat kebenaran mulia. Karena lahir di hari istimewa, segala ajaran tersebut digadang-gadang telah bersemayam pada tubuhku, pun adik kembarku di detik pertama kami berada di dunia.



⠀⠀⠀⠀Komentar orang-orang selalu sama padaku, “amat beruntunglah gadis-gadis itu.” Bagaimana tidak? Keluarga Thanapatpisal sudah bertahun-tahun berkerabat dekat dengan keluarga kerajaan Thailand. Paduka Yang Mulia Raja Maha Vajiralongkorn (Raja Rama X), raja yang kini sedang bertahta, merupakan kawan akrab kakekku. Dalam tradisi Thailand, kerabat kerajaan otomatis menjadi keturunan sultan pula. Tak terkecuali kami, keluarga Thanapatpisal. Meski ibuku berkewarganegaraan Jepang, keluarga kami tetap dianggap sebagai bangsawan.



⠀⠀⠀⠀Ah, aku lupa memperkenalkan diri! Namaku Miwa Preechaya Thanapatpisal, aku juga memiliki adik kembar bernama Miya Pimchannee Thanapatpisal. Kami adalah buah manis dari hasil pernikahan Victor Chatchawit Thanapatpisal dan Hoshizora Kiyoko beberapa tahun silam. Aku dibesarkan di keluarga yang sarat akan patriarki. Masyarakat Thailand (termasuk keluarga Thanapatpisal), Buddhism Fundamental Theravada amat meninggikan kaum lelaki berkenaan dengan /Sangha/. Namun, dalam ajaran agama Buddha, sebetulnya perempuan dan laki-laki tidak dibedakan. Kelahiran bayi laki-laki atau perempuan sama istimewanya. Sayang, strereotip dalam masyarakat Thailand (bahkan, dunia) sangat sulit diubah, mereka menganggap perempuan tidak jelas asal-usulnya.



⠀⠀⠀⠀Ironis? Memang. Untungnya, ayahku tidak membenci kami, aku dan adik kembarku Miya. Semenjak kecil, kami diajarkan segala hal berkenaan dengan perempuan, seperti merangkai bunga, menyulam, serta memasak. Di pikiran ayahku saat itu hanyalah satu, ‘tak apa anakku adalah perempuan, selama anak-anakku dapat menikahi laki-laki berpengaruh, aku akan memuncaki piramida!’, tapi garis kelahiran tidak bisa dibohongi. Aku dan Miya amat tertarik dengan anggar semenjak kecil. Ibu kami menghabiskan masa mudanya dengan bermain anggar, sehingga tak heran kami ikut tertarik meski tidak mendapatkan doktrin apa-apa. Lain hal dengan pemahaman “menjadi istri yang baik” yang kerap menjadi sarapan aku dan Miya tiap paginya.



⠀⠀⠀⠀Diam-diam, di tengah waktu latihan, aku dan Miya mencuri waktu untuk berlatih anggar. Tak butuh banyak waktu bagi kami untuk menguasai anggar, mengingat saat itu kami masih dalam usia emas, yakni mudah mencerna segala hal untuk diimitasi. Pujian-pujian dari ibu, pelatih, dan pelayan pun kerap kami dapatkan. Hingga, kabar yang mestinya bahagia itu sampai di telinga ayahku. Tentu, ayahku marah besar, ia tidak akan pernah merestui kami bermain anggar, bahkan sampai akhir hayatnya. Tetapi, aku masih bersikeras mengayunkan pedang untuk beberapa saat, hingga aku mendapati siksaan verbal serta fisik diberlakukan ayah pada ibuku. Ayah menyalahkan ibu atas semuanya. Masa lalu ibu sebagai pemain anggar, serta menganggap ibuku gagal mendidik kami, si kembar.



⠀⠀⠀⠀“Kalian adalah perempuan! Daripada memainkan pedang anggar, sebaiknya kalian belajar cara menggunakan pisau dapur!”



⠀⠀⠀⠀Sungguh, rentetan perkataan ayahku amat membekas dalam benak, menempati ruang terdalam pada sanubari. Saat itu, aku memang masih berusia belia, tapi perkataan ayahku tak ada yang terlupa satu kata pun. Entah apa yang membuat ayahku mengatur hidup aku dan Miya sesuka hati, serta bertingkah /over-protective/. Menurut ayah, segala hal yang ia lakukan adalah hal yang terbaik bagiku dan Miya. Konyol, bukan? Jikalau ibu tak diperlakukan serendah itu, mungkin aku akan memasang wajah tebal dan tetap mempelajari anggar. Yah, meskipun ibuku pernah bercerita sewaktu melahirkanku, perkembanganku tidak sebagus bayi-bayi lain. Aku dikurung di dalam inkubator selama berminggu-minggu. Menjadi alasan tambahan mengapa ayah bertingkah berlebihan—meski tak bisa dibenarkan.



⠀⠀⠀⠀Akan tetapi, aku dan anggar yang dulu seolah tak bisa dipisahkan, kini benar-benar harus terkubur dalam batin. Bagai redupnya bintang pada malam kelam penuh awan, keceriaan mulai beranjak dari diriku semenjak hari itu. Miwa yang dikenal sebagai sosok penuh energi, kini beralih menjadi sosok anggun dengan tutur kata manis. Aku hidup dalam sangkar yang sudah ditetapkan ayahku. Kuturuti segala keinginannya, mulai dari pindah ke sekolah ke sekolah dasar khusus perempuan, menjauhi anggar, dan menunjukkan ketertarikanku pada bunga.



⠀⠀⠀⠀Ayahku yang telah ‘percaya’ atas perubahan drastisku pun kembali menaruhku di sekolah campuran. Setelah sekian lama tidak berinteraksi dengan laki-laki, aku merasa canggung dan malu. Sayangnya, tingkahku disalahartikan oleh kawan-kawanku. Teman laki-laki beranggapan bahwa aku menaruh hati pada mereka, sementara teman perempuanku merasa iri. Menurut mereka, aku bertingkah imut hanya untuk merayu laki-laki. Padahal hal tersebut salah besar! Meski terlihat tidak mendengarkan bisikan mereka, sebetulnya aku marah dan merasakan sakit yang menghujam dada. Hingga hari kelulusan, aku tak sempat menjelaskan hal yang sebenarnya. Tiga tahun kuhabiskan dalam kesendirian. Miya? Semenjak aku meninggalkan anggar, hubungan kami juga renggang.



⠀⠀⠀⠀Di sisi lain, ayahku merasa lebih dekat dengan kesuksesan dan kekayaan yang tidak akan habisnya. Ketika pertemuan resmi dengan keluarga kerajaan, ayahku mengajukan kami, aku dan Miya, sebagai kandidat calon pendamping putra mahkota, Pangeran Thipangkhon Rasmijoti. Hal tersebut disambut hangat oleh Raja Rama X. Lantaran telah bertemu denganku berulang kali, persepsi bahwa seorang Miwa Preechaya adalah sosok yang sempurna untuk putra mahkota. Hanya saja, menurutnya, aku akan lebih sempurna apabila sudah mempelajari seputar politik dan hukum.



⠀⠀⠀⠀Bersamaan dengan itu, aku dan Miya harus melanjutkan studi ke tingkat empat (kelas 1 SMA). Dalam rangka melindungi kami dari tangan-tangan yang ingin mencelakai kami—calon pendamping putra mahkota, ibu pun menyarankan agar kami bersekolah di salah satu sekolah internasional di Tokyo, Kintsugi Elite Boarding School. Kebetulan, di sana terdapat jurusan Shoutoku (Politik). Usai menimbang-nimbang, ayahku pun menyetujuinya. Menurutnya, sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui.



⠀⠀⠀⠀Dalam diam, aku pun berharap, di Kintsugi Elite Boarding School, aku mendapatkan kebahagiaan yang selama ini terhalang oleh tembok besar. Kubangun tembok besar itu atas perintah ayah. Demi kebahagiaan ayah, meski aku tidak merasakan hal yang sama.

Miwa and Miya's relation will be added soon!